Krisis Multi Dimensi di Indonesia
[Nusantara]
Krisis Multi Dimensi di Indonesia
Berujung Pudarnya Rasa Kebangsaan
Keliru kalau tidak mengakui, rasa kebangsaan telah memudar begitu parahnya. Banyak sebab yang menjadi pendorong pudarnya rasa kebangsaan itu sendiri, suka atau tidak, krisis multi dimensi yang juga didalamnya begitu kental masuk pengaruh nagara asing, tak lama lagi Indonesia akan tercabik-cabik jika persoalan kebangsaan itu tidak segera ditumbuhkan kembali.
Krisis multi dimensi yang akhirnya berujung pudarnya rasa kebangsaan mesti tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Apalagi, persoalan ekonomi yang semakin parah, sehingga harga-harga bahan pokok bukan saja soal harganya yang semakin selangit, tetapi kebutuhan pokok itupun semakin sulit bagi rakyat untuk mendapatkannya.
Seberapa parah pudarnya rasa kebangsaa itu. Dan apa langkah yang mesti dilakukan agar Indonesia tidak berantakan karena semakin kacau balaunya kehidupan rakyat di negeri ini. Berikut petikan wawancara Pelita dengan mantan anggota Komisi IX DPR-RI Drs H Usman Ermulan MM, Kamis (24/1/2008).
Seperti apa parahnya rasa kebangsaan itu memudar?
Kalau kondisinya sudah seperti ini, tetapi ada pihak yang mengatakan rasa kebangsaan di Indonesia masih mengakar, tentu saya mesti mengatakan kalau yang ngomong itu bukanlah seorang nasionalis. Dan kalau dia dari elemen pejabat negara tentu saya mengatakannya dia bukanlah seorang negarawan yang jujur.
Rasa kebangsaan di tengah-tengah rakyat di negeri ini hampir tak kentara lagi, walaupun belum dapat dikatakan rasa kebangsaan itu telah sirna. Namun paling tidak, akibat benturan berbagai kepentingan kelompok, baik entah itu dari golongan rakyat menengah keatas atau menengah kebawah, telah terlihat begitu menonjolnya egoisme pribadi, egoisme daerah, suku, agama.
Sehingga kondisi seperti ini jika dibiarkan berlarut-larut tentu dapat memecah belah bangsa dan akhirnya pula secara otomatis kepentingan nasional terabaikan, kalau sudah demikian, apa kita masih bisa mengatakan rasa kebangsaan itu masih ada negeri pertiwi ini.
Apa penyebab pudarnya rasa kebangsaan itu menurut Anda?
Pertama harus diakui Indonesia sedang menghadapi krisis multi dimensi yang cukup parah. Barulah selanjutnya satu persatu persoalan yang menjadi penyebab pudarnya rasa kebangsaa itu bisa dilihat. Seperti salah satu contoh, yang paling mendasar soal pudarnya rasa kebangsaan itu tidak dapat dipungkiri akibat pengaruh negara asing, dan kondisi ini dapat terjadi mengingat adanya pola kecenderungan bangsa ini berkiblat ke negara asing, seperti misal, terhadap negara-negara adikuasa.
Walhasil, bangsa ini pun akhirnya lupa akan nasionalisme itu sendiri, belum lagi ditambah masuknya informasi dari negara luar yang kental dengan nuansa memudarkan rasa kebangsaan di negeri ini. Dan agama, sebagai netralisasi serta filterisasi informasi dari negara-negara asing malah juga sudah tercampakan. Padahal, seharusnya agama tidak dapat dikesampingkan sebagai pedoman hidup bermasyarakat dan bernegara. Sebab, agama juga memiliki kekuatan dengan aturan-aturan yang universal.
Seperti apa Anda melihat, soal kebangsaan, sosial dan aspek ekonomi serta politik di negeri ini?
Sebenarnya, berbagai cobaan yang terjadi di negara tumpah darah Indonesia ini semestinya dapat dijadikan indikator menumbuhkan rasa kebangsaan yang tentunya tetap dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, ketika penderitaan menghimpit saudara-saudara kita termasuk akibat bencana, rasa solidaritas untuk membantu harus ditumbuhkan. Di lain soal, amanat dari sumpah pemuda 1928 itu jangan begitu saja dilupakan, mengingat rasa kebangsaan tumbuh dari sumpah pemuda itu sendiri.
Sedangkan soal ekonomi, tentu kita semua merasakan kalau perekonomian di negeri ini sudah tidak karuan, dan ini dapat dirasakan betapa sulitnya hanya untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM), harga kedelai mahal, tetapi bukan petani kedelai di negeri ini yang menikmatinya, malah pengusaha tahu-tempe juga semakin terhimpit. Pemerintah, semestinya tanggap dan tak harus membiarkan persoalan ini berlarut-larut. Ingat, persoalan ekonomi yang kacau balau ini juga merupakan pendorong tercepat pudarnya rasa kebangsaan itu.
Pemerintah dalam hal ini, harus ada keberanian memberikan perhatian lebih dengan mengucurkan APBN untuk kepentingan menanggung kebutuhan rakyat, kalaupun ada ketakutan terjadinya defisit anggaran karena mesti menyubsidi termasuk buat BBM dan yang lainnya, pemerintah cukup mengakui kalau uang itu merupakan uang rakyat. Dan kalau ada pemikiran pemerintah pembangunan bakal tidak berjalan, pemerintah harus memahami kalau rakyat sudah dua tahun kebelakang ini menderita karena kemiskinan.
Untuk persoalan politik, harus lebih dulu mengakui kalau politik di negeri ini menganut paham politik bebas aktif. Tetapi, harus ada koridor yang dapat menjaga, agar negara-negara asing yang bertujuan memudarkan rasa kebangsaan itu naik di perahu Pencasila.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar