Senin, 14 Desember 2009
Minggu, 13 Desember 2009
Rabu, 09 Desember 2009
Minggu, 22 November 2009
Jumat, 06 November 2009
Kamis, 10 September 2009
Krisis Multidimensi
[Nusantara]
Krisis Multi Dimensi di Indonesia
Berujung Pudarnya Rasa Kebangsaan
Keliru kalau tidak mengakui, rasa kebangsaan telah memudar begitu parahnya. Banyak sebab yang menjadi pendorong pudarnya rasa kebangsaan itu sendiri, suka atau tidak, krisis multi dimensi yang juga didalamnya begitu kental masuk pengaruh nagara asing, tak lama lagi Indonesia akan tercabik-cabik jika persoalan kebangsaan itu tidak segera ditumbuhkan kembali.
Krisis multi dimensi yang akhirnya berujung pudarnya rasa kebangsaan mesti tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Apalagi, persoalan ekonomi yang semakin parah, sehingga harga-harga bahan pokok bukan saja soal harganya yang semakin selangit, tetapi kebutuhan pokok itupun semakin sulit bagi rakyat untuk mendapatkannya.
Seberapa parah pudarnya rasa kebangsaa itu. Dan apa langkah yang mesti dilakukan agar Indonesia tidak berantakan karena semakin kacau balaunya kehidupan rakyat di negeri ini. Berikut petikan wawancara Pelita dengan mantan anggota Komisi IX DPR-RI Drs H Usman Ermulan MM, Kamis (24/1/2008).
Seperti apa parahnya rasa kebangsaan itu memudar?
Kalau kondisinya sudah seperti ini, tetapi ada pihak yang mengatakan rasa kebangsaan di Indonesia masih mengakar, tentu saya mesti mengatakan kalau yang ngomong itu bukanlah seorang nasionalis. Dan kalau dia dari elemen pejabat negara tentu saya mengatakannya dia bukanlah seorang negarawan yang jujur.
Rasa kebangsaan di tengah-tengah rakyat di negeri ini hampir tak kentara lagi, walaupun belum dapat dikatakan rasa kebangsaan itu telah sirna. Namun paling tidak, akibat benturan berbagai kepentingan kelompok, baik entah itu dari golongan rakyat menengah keatas atau menengah kebawah, telah terlihat begitu menonjolnya egoisme pribadi, egoisme daerah, suku, agama.
Sehingga kondisi seperti ini jika dibiarkan berlarut-larut tentu dapat memecah belah bangsa dan akhirnya pula secara otomatis kepentingan nasional terabaikan, kalau sudah demikian, apa kita masih bisa mengatakan rasa kebangsaan itu masih ada negeri pertiwi ini.
Apa penyebab pudarnya rasa kebangsaan itu menurut Anda?
Pertama harus diakui Indonesia sedang menghadapi krisis multi dimensi yang cukup parah. Barulah selanjutnya satu persatu persoalan yang menjadi penyebab pudarnya rasa kebangsaa itu bisa dilihat. Seperti salah satu contoh, yang paling mendasar soal pudarnya rasa kebangsaan itu tidak dapat dipungkiri akibat pengaruh negara asing, dan kondisi ini dapat terjadi mengingat adanya pola kecenderungan bangsa ini berkiblat ke negara asing, seperti misal, terhadap negara-negara adikuasa.
Walhasil, bangsa ini pun akhirnya lupa akan nasionalisme itu sendiri, belum lagi ditambah masuknya informasi dari negara luar yang kental dengan nuansa memudarkan rasa kebangsaan di negeri ini. Dan agama, sebagai netralisasi serta filterisasi informasi dari negara-negara asing malah juga sudah tercampakan. Padahal, seharusnya agama tidak dapat dikesampingkan sebagai pedoman hidup bermasyarakat dan bernegara. Sebab, agama juga memiliki kekuatan dengan aturan-aturan yang universal.
Seperti apa Anda melihat, soal kebangsaan, sosial dan aspek ekonomi serta politik di negeri ini?
Sebenarnya, berbagai cobaan yang terjadi di negara tumpah darah Indonesia ini semestinya dapat dijadikan indikator menumbuhkan rasa kebangsaan yang tentunya tetap dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, ketika penderitaan menghimpit saudara-saudara kita termasuk akibat bencana, rasa solidaritas untuk membantu harus ditumbuhkan. Di lain soal, amanat dari sumpah pemuda 1928 itu jangan begitu saja dilupakan, mengingat rasa kebangsaan tumbuh dari sumpah pemuda itu sendiri.
Sedangkan soal ekonomi, tentu kita semua merasakan kalau perekonomian di negeri ini sudah tidak karuan, dan ini dapat dirasakan betapa sulitnya hanya untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM), harga kedelai mahal, tetapi bukan petani kedelai di negeri ini yang menikmatinya, malah pengusaha tahu-tempe juga semakin terhimpit. Pemerintah, semestinya tanggap dan tak harus membiarkan persoalan ini berlarut-larut. Ingat, persoalan ekonomi yang kacau balau ini juga merupakan pendorong tercepat pudarnya rasa kebangsaan itu.
Pemerintah dalam hal ini, harus ada keberanian memberikan perhatian lebih dengan mengucurkan APBN untuk kepentingan menanggung kebutuhan rakyat, kalaupun ada ketakutan terjadinya defisit anggaran karena mesti menyubsidi termasuk buat BBM dan yang lainnya, pemerintah cukup mengakui kalau uang itu merupakan uang rakyat. Dan kalau ada pemikiran pemerintah pembangunan bakal tidak berjalan, pemerintah harus memahami kalau rakyat sudah dua tahun kebelakang ini menderita karena kemiskinan.
Untuk persoalan politik, harus lebih dulu mengakui kalau politik di negeri ini menganut paham politik bebas aktif. Tetapi, harus ada koridor yang dapat menjaga, agar negara-negara asing yang bertujuan memudarkan rasa kebangsaan itu naik di perahu Pencasila.
Jumat, 04 September 2009
Puisi Amir Hamzah
Timbul niat dalam kalbumu;
terban hujan, ungkai badai
terendam karam
runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
lari terbang jatuh duduk
air naik tetap terus
tumbang bungkar pokok purba
Teriak riuh/redam terbelam
dalam gagap/gempita guruh
kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
Terapung naik jung bertudung
tempat berteduh nuh kekasihmu
bebas lepas lelang lapang
di tengah gelisah, swara sentosa
Bersemayam sempana di jemala gembala
juriat jelita bapaku iberahim
keturunan intan dua cahaya
pancaran putera berlainan bonda.
Kini kami bertikai pangkai
di antara dua, mana mutiara
jauhari ahli lalai menilai
lengah langsung melewat abad
Aduh, kekasihku
padaku semua tiada berguna
hanya satu kutunggu hasrat
merasa dikau dekat rapat
serupa musa di puncak tursina.
Amir Hamzah
PANJI DI HADAPANKU
Kaukibarkan panji di hadapanku
hijau jernih diampu tongkat mutu-mutiara
di kananku berjalan, mengirin perlahan, ridha-mu
rata, dua sebaya, putih-putih, penuh
melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat menunggu-nunggu
mendengar-dengar suara sayang, panggilan-panjang, jauh
terjatuh, melayang-layang
Gelap-gelap kami berempat , meminta-minta
memohon-mohon, moga terbuka selimut
kabut. pembungkus halus nokta utama.
Jika nokta terbuka raya
Jika kabut tersingkap semua
cahaya ridha mengilau ke dalam
Nur rindu memancar keluar.
BATU BELAH
Dalam rimba rumah sebuah
teratak bambu terlampau tua
angin menyusup di lubang tepas
bergulung naik di sudut sunyi.
Kayu tua membetul tinggi
membukak puncak jauh di atas
bagai perarakan melintas negeri
payung menaung jemala raja
ibu bapa beranak seorang
manja bena terada-ada
plagu lagak tiada disangkak
mana tempat ibu meminta
Telur kemahang minta carikan
untuk lauk di nasi sejuk
Tiada sayang;
dalam rimba telur kemahang
mana daya ibu mencari
mana tempat ibu meminta.
Anak lasak mengisak panjang
menyabak merunta mengguling diri
kasihan ibu berhancur hati
lemah jiwa kerana cinta
Dengar.........dengar !
dari jauh suara sayup
mengalun sampai memecah sepi
menyata rupa mengasing kata
Rang... rang... rangkup
Rang... rang... rangkup
batu belah batu bertangkup
ngeri berbunyi berganda kali.
Diam ibu berfikir panjang
lupa anak menangis hampir
kalau begini susahnya hidup
biar ditelan batu bertangkup
Kembali pada suara bergelora
bagai ombak datang menampar
macam sorak semarai ramai
kerana ada hati berbimbang
menyahut ibu sambil tersedu
melagu langsing suara susah;
Batu belah batu bertangkup
batu tepian tempat mandi
Insha Allah tiadaku takut
sudah demikian kuperbuat janji
Bangkit bonda bewrjalan pelan
tangis anak bertambah kuat
rasa risau bermaharajalela
mengangkat kaki melangkah cepat.
Jauh ibu lenyap di mata
timbul takut di hati kecil
gelombang bimbang mengharu fikir
berkata jiwa menanya bonda
lekas pantas memburu ibu
sambil tersedu rindu berseru
dari sisi suara sampai
suara raya batu bertangkup
Lompat ibu ke mulut batu
besar terbuka menunggu mangsa
tutup terkatup mulut ternganga
berderak-derik tulang belulang
Terbuka pula, merah basah
mulut maut menunggu mangsa
lapar lebar tercingah pangah
meraung riang mengecap sedap..
Tiba dara kecil sendu
menangis mencari ibu
terlihat cerah darah merah
mengerti hati bonda tiada.
Melompat dara kecil sendu
menurut hati menaruh rindu...
Batu belah, batu bertangkup
batu tepian tempat mandi
Insha Allah tiadaku takut
sudah demikian kuperbuat janji.
Amir Hamzah
Biografi Iwan Simatupang
Kamis, 03 September 2009
Minggu, 01 Februari 2009
Hadiah Valintine Paling Berkesan
Valentine atau Hari Kasih Sayang sebentar lagi akan tiba. Biasanya untuk menunjukkan perhatian dan rasa kasih kepada orang-orang yang disayangi, hadiah adalah ungkapan yang paling tepat.
Bagi Anda yang belum dapat ide untuk memberi hadiah bagi orang-orang yang dikasihi, mungkin ada baiknya menyimak beberapa usulan di bawah ini. Siapa tahu ide Anda timbul setelah mengintip contekan berikut:
1. Buket Bunga
Wanita mana yang tidak luluh hatinya jika diberi sebuket bunga mawar nan cantik apalagi jika disisipkan sepucuk kartu Valentine dan
2. Candle Light Dinner
Malas mengantre di restoran mewah? Kenapa tidak menyewa kokinya saja ke rumah Anda? Coba tata ruang makan Anda seindah mungkin, kemudian minta koki menyiapkan hidangan istimewa dan juga hidangan kesukaan Anda berdua. Keluar uang ekstra tak apa-apa bukan? Asal Anda berdua mendapatkan kenangan istimewa, bukankah hal itu jauh lebih berarti?
3. CD lagu
Istri Anda adalah wanita yang romantis? Kalau begitu, hadiahkan saja CD lagu-lagu romantis kesukaan si dia. Jangan lupa tempelkan cover CD dengan foto atau ilustrasi gambar Anda berdua.
4. Perhiasan
Rasanya tak ada kaum wanita yang tak senang diberi perhiasan seperti cincin atau kalung. Selain untuk bergaya, tentunya perhiasan juga menjadi simbol kedekatan Anda dan si dia.
5. Cokelat dalam Kotak Berbentuk Hati
Cokelat senantiasa menjadi teman setia yang selalu hadir dalam berbagai suasana terutama pada hari Valentine dapat anda temukan pada Toko Kue / Macam BUnga. Karena rasanya yang manis dan bentuknya yang unik, cokelat kerap dijadikan simbol kasih sayang antar pasangan.
6. Surat Cinta
Coba ingat-ingat kapan terakhir kalinya Anda menulis